Membaca Tasyahud dalam Shalat
Membaca Tasyahud dalam Shalat
Nomor Urut : 547
Tanggal Jawaban : 10/03/2005
Memperhatikan permohonan fatwa nomor 505 tahun 2005 yang berisi:
Apakah
tasyahud pertama pada shalat empat atau tiga rakaat wajib dibaca sempurna
bersama dengan shalawat Ibrahimiyah? Apa bacaan tasyahud itu?
Jawaban : Mufti Agung Prof. Dr. Ali Jum'ah Muhammad
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a., ia berkata, "Rasulullah saw. mengajari kami bacaan tasyahud dan beliau bersabda,
اَلتَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلهِ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ
"At-Tahiyyaâtul mubârakâtush shalawâtuth thayyibâtu lillah. As-Salâmu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakâtuh. As-Salâmu 'alainâ wa 'alâ 'ibâdillahish shâlihîn. Asyhadu allâ ilâha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rasûlullah."
"Seluruh
pujian yang diberkahi dan doa yang tulus hanya untuk Allah. Semoga keselamatan
tercurah padamu, wahai Nabi, juga rahmat Allah dan kerberkahan-Nya. Semoga
keselamatan diberikan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusan Allah." (HR. Muslim).
Diriwayatkan
dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Nabi saw. bersabda,
إِذَا
قَعَدْتُمْ فِيْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَقُوْلُوْا: اَلتَّحِيَّاتُ لِلهِ
وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ
الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، وَلْيَتَخَيَّرْ أَحَدُكُمْ مِنَ الدُّعَاءِ
أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَلْيَدْعُ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ
"Jika
kalian duduk pada setiap dua rakaat, maka bacalah, "At-Tahiyyaâtu lillah
wash-shalawâtu wath-thayyibât. As-Salâmu 'alaika ayyuhan nabiyyu wa
rahmatullahi wa barakâtuh. As-Salâmu 'alainâ wa 'alâ 'ibâdillahish shâlihîn.
Asyhadu allâ ilâha illalLah, wa asyhadu anna muhammadan 'abduhû wa
rasûluh." ("Seluruh pujian hanya untuk Allah, juga semua doa dan kebaikan.
Semoga keselamatan tercurah padamu, wahai Nabi, juga rahmat Allah dan
kerberkahan-Nya. Semoga keselamatan diberikan kepada kami dan hamba-hamba Allah
yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."). Lalu hendaknya ia memilih doa
yang ia sukai dan memohon Allah 'azza wa jalla dengannya." (HR. Ahmad dan
Nasa`I. Asal riwayat ini terdapat dalam kitab Shahîhain).
Riwayat-riwayat bacaan tasyahud ini dan
riwayat-riwayat lain yang serupa inilah yang dinamakan dengan bacaan tasyahud.
Bacaan di atas merupakan bacaan tasyahud yang lengkap. Sedangkan bacaan lain
setelah itu tidaklah disebut sebagai tasyahud, tapi merupakan shalawat kepada
Nabi saw. dan keluarga hingga berakhir dengan kalimat: innaka hamîdum majîd.
Dengan demikian, yang disyariatkan dalam
tasyahud awal adalah bacaan tasyahud yang diajarkan Nabi saw. kepada para
sahabatnya itu, meski para ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya apakah ia
wajib atau sunah. Orang yang melakukan shalat tidak wajib membaca shalawat
Ibrahimiyah ketika tasyahud awal, tapi cukup membaca bacaan tasyahud di atas
saja. Tidak ada seorang ulama pun yang mengatakan bahwa shalawat Ibrahimiyah
wajib dibaca pada tasyahud awal. Justru sebaliknya, Nabi saw. mengajarkan agar
meringankan bacaan ketika tasyahud awal, sebagaimana yang disebutkan dalam
hadits Ibnu Mas'ud r.a.: "Ketika duduk pada dua rakaat Nabi saw. seperti
berada di atas radhaf (batu yang dipanaskan dengan api atau matahari)." (HR.
Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa`i).
Berdasarkan tuntunan Nabi saw. untuk
meringankan bacaan tasyahud awal inilah maka para ulama fikih dari kalangan
Ahlus Sunnah tidak menganggap bacaan shalawat Ibrahimiyah pada tasyahud awal
sebagai kesunahan. Kecuali pendapat sebagian ulama yang mentakhrij masalah ini
pada masalah kewajiban membaca shalawat setiap kali nama beliau disebutkan.
Juga sebagaimana pendapat mazhab Syafi'i bahwa dalam tasyahud awal disunahkan
untuk membaca shalawat kepada Nabi saw. saja tanpa menyertakan keluarga beliau.
Alasan para ulama Mazhab Syafi'i tentang tidak perlunya bershalawat untuk
keluarga Nabi saw. ketika tasyahud awal adalah karena dalam tasyahud awal
seseorang diminta untuk melakukannya dengan cepat. Hal ini sebagaimana
dipaparkan dalam Hâsyiyah al-Baijûri 'alâ Syarh Ibni Qâsim 'ala Matn Abi
Syujâ'. Dan semua ini menunjukkan tentang perbedaan yang jelas antara tasyahud
awal dengan tasyahud akhir.
Dengan demikian, tidak wajib membaca shalawat
Ibrahimiyah dalam tasyahud pertama, tapi yang diperintahkan hanyalah membaca
bacaan tasyahud yang disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud atau Umar
r.a. yang telah meriwayatkan bacaan tasyahud tersebut dari Nabi saw..
Wallahu
subhânahu wa ta'âlâ a'lam.
Komentar
Posting Komentar