Cara Takbiratul Ihram yang Benar

Membaca Do’a Iftitah: Tata Cara Shalat Sesuai Sunnah [2]

parlindungan sihombing October 04, 2016


Setelah takbiratul ihram, pembahasan Tata Cara Shalat berikutnya adalah mengenai membaca Do’a Iftitah. Do’a iftitah atau disebut juga istiftah, adalah do’a yang disunnahkan untuk dibaca setelah takbiratul ihram.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan ada beberapa macam lafaz do’a iftitah. Ini sekaligus mengisyaratkan anjuran agar setiap muslim membaca beberapa macam doa iftitah tersebut secara bergantian di dalam shalatnya, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga pernah membaca masing-masing doa tersebut dalam shalat yang berbeda.

Beberapa ketentuan dalam membaca doa iftitah adalah:

  • Do’a iftitah dibaca pelan. Ini berlaku baik untuk imam, makmum, maupun orang yang shalat sendirian.
  • Untuk makmum masbuq atau makmum yang ketinggalan, tidak perlu membaca do’a iftitah.
  • Sunnah membaca macam-macam doa iftitah yang shahih secara bergantian (sekaligus untuk menjaga dan melestarikan macam-macam doa iftitah yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam).

Berikut ini beberapa do’a iftitah yang shahih yang pernah diajarkan oleh Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

(1)
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَايَاىَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَاىَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Allaah-humma baa-’id bai-nii wa bai-na kha-thaa-yaa-ya kamaa baa-’ad-ta bai-nal masy-riqi wal magh-rib. Allaah-humma naqqi-nii min khathaa-yaa-ya kamaa yunaq-qats-tsaubul ab-ya-dlu minad danas. Allaah-hummagh-sil-nii min khathaa-yaa-ya bil maa-i wats-tsalji wal barad.

Artinya: “Ya Allah, jauhkanlah diriki dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau telah menjauhkan timur dari Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku seperti kain putih yang dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah diriku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, es, dan embun”. (HR. Bukhari dan Muslim)

(2)
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ

Subhaana-kallaah-humma wa biham-dika wa tabaa-rakas-muka wa ta-’aa-laa jadduka wa laa-ilaaha ghai-ruk.

Artinya: “Maha suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan Engkau dengan memuji-Mu, Nama-Mu penuh berkah, Maha tinggi keagungan-Mu. Dan Tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Mu” (HR. Abu Daud dan Al-Hakim, dishahihkan Al Albani, juga disepakati oleh Adz-Dzahabi).

(3) Sama dengan do’a iftitah di atas, namun dengan menambahkan bacaan berikut:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ (ثَلاَثًا) اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا (ثَلاَثًا)

Laa-ilaaha-illallaah (3 kali) allaahu akbar kabii-raa (3 kali).

Artinya: Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah (3 kali), Allah maha besar lagi sempurna kebesaranya (3 kali). (HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani).
Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat shalat malam.
(4)
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

Allaahu akbar kabiiraa wal hamdu lillaahi katsiiraa wa subhaa-nallaa-hi buk-rataw wa ashii-laa.

Artinya: 
Allah Maha Besar dengan segala kebesarannya. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah di pagi hari dan petang hari.(HR. Muslim)

Keterangan: Do’a iftitah ini dibaca oleh salah seorang sahabat ketika shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda: “Aku kagum dengan do’a ini. Pintu-pintu langit telah dibuka karena do’a ini.” Kata Ibn Umar: “Sejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda demikian Saya tidak pernah meninggalkan do’a ini.” (HR. Muslim)

(5)
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Al hamdu lil-laahi hamdan katsii-ran thayyi-ban mubaa-rakan fiih

Artinya: Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi penuh dengan berkah.(HR. Muslim)
Keterangan: Do’a ini dibaca oleh salah seorang sahabat ketika shalat jamaah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku melihat 12 malaikat berlomba siapakah di antara mereka yang mengantarkan nya (kepada Allah, ed.).

Do’a-do’a iftitah berikut dibaca Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat malam:

(6)
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

Allaa-humma rabba jib-rooila wa mii-kaa-iil wa isroofiil. Faa-thiras samaa-waati wal ardl. ‘aali-mal ghai-bi was syahaa-dah. Anta tahkumu bai-na ‘ibaa-dik fii-maa kaa-nuu fiihi yakh-tali-fuun. Ihdi-nii limakh-tulifa fiihi minal haqqi bi-idznik. Innaka tahdii man tasyaa-u ilaa shiraa-tim mustaqiim.

Artinya: “Ya Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil! Wahai Yang memulai penciptaan langit dan bumi (dari tidak ada sebelumnya)! Wahai Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang tampak! Engkau menghukumi/memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka berselisih di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim no. 1808 dari Aisyah)

(7)
الْحَمْدُ لِلَّهِ
Al hamdu lil-laah (10 X)

Artinya: Segala puji bagi Allah

اللَّهُ أَكْبَرُ
Allaahu akbar (10 X)

Artinya: Allah Maha Besar

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
Laa-ilaaha-illallaah (10 X)
Artinya: Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah

سُبْحَانَ الله
Subhaa-nallaah (10 X)

Artinya: Maha suci Allah
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
As-tagh-firullaah (10 X)

Artinya: Aku memohon ampunan kepada Allah

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى وَعَافِنِى

Allaah-hummagh fir lii wah-dinii war-zuqnii wa ‘aa-finii (10 X )

Artinya: Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيقِ يَوْمَ الْحِسَابِ

Allaah-humma innii a-’uudzu bika minad Dhii-qi yaumal hisaab (10 X)

Artinya: Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan). (HR. Ahmad 6/143 dan Ath-Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah dengan sanad yang shahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin Nabi n, 1/267)

(8)
اللَّهُ أَكْبَرُ
Allaahu akbar (3 kali)

Artinya: Allah Maha Besar

ذُو الْمَلَكُوتِ وَالْجَبَرُوتِ وَالْكِبْرِيَاءِ وَالْعَظَمَةِ

Dzul-malakuut wal jaba-ruut wal kib-riyaa’ wal ‘a-dza-mah
(HR. Abu Daud dan dishahihkan Al Albani).

Beberapa Kesalahan terkait membaca do’a iftitah:

Tidak membaca do’a iftitah padahal ada kesempatan untuk membacanya. Karena sikap ini berarti menyia-nyiakan sunah dalam shalat. Imam Syafi’i rahimahullah mencela sikap orang yang tidak meniru cara shalat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Makmum yang ketinggalan menyibukkan diri dengan membaca doa iftitah, padahal imam sudah mau rukuk.
Seperti dimaklumi, membaca do’a iftitah hukumnya adalah sunah sedangkan membaca al fatihah hukumnya wajib. Oleh karena itu, selayaknya makmum yang ketinggalan dan mendapati imam sudah mau rukuk maka sebaiknya makmum tidak perlu membaca doa iftitah namun langsung membaca al fatihah.
Dikisahkan bahwa Ibnul Jauzi pernah shalat dibelakang gurunya Abu Bakr Ad Dainuri. Ibnul Jauzi ketinggalan dan imam sudah mau rukuk. Tetapi Ibnul Jauzi malah sibuk membaca do’a iftitah. Ketika mengetahui hal ini, gurunya menasehatkan:
“Sesungguhnya ulama berselisih tentang wajibnya membaca surat al fatihah di belakang imam, namun mereka sepakat bahwa do’a iftitah adalah sunnah. Maka sibukkanlah dirimu dengan yang wajib dan tinggalkanlah yang sunah.” (Al Qoulul Mubin, dinukil dari Talbis Iblis).
Imam membaca do’a iftitah terlalu panjang. Yang lebih tepat adalah selayaknya imam memilih doa iftitah yang pendek.
Memilih hanya salah satu do’a iftitah untuk dibaca dalam setiap shalat, dan meninggalkan do’a iftitah yang lain. Ini akan mengakibatkan banyak bacaan doa iftitah lainnya lama kelamaan akan hilang dan jauh dari semangat untuk melestarikan sunnah.

Sumber: www.CaraSholat.com
_______________________

Komentar

Postingan Populer